Laman

Kamis, 04 Desember 2014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBESARAN UDANG VANNAMEI DI TAMBAK INTENSIF



STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBESARAN UDANG VANNAMEI DI TAMBAK INTENSIF
DESA GELAP KECAMATAN LAREN
KABUPATEN LAMONGAN

Oleh :
DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
KABUPATEN LAMONGAN


 I.       Pendahuluan
Standar Prosedur Oprasional (SOP) budidaya udang vannamei digunakan sebagai standar prosedur yang dilakukan untuk kegiatan budidaya pembesaran udang vannamei sesuai dengan kondisi lokasi. mulai dari pengaturan tata letak tambak, persiapan tambak, penebaran benih, pengelolaan air, pengelolaan pakan, pengendalian panyakit dan panen.

II.      Tujuan
Sistem budidaya diarahkan guna mendapatkan produksi udang yang berkelanjutan (Sustainable Production) dengan menitik beratkan pada kemampuan Sumber Daya Manusia sebagai subyek pengelola budidaya udang vannamei (L. Vannamei). Sistem budidaya dijalankan dengan prioritas pada efektifitas input produksi untuk mendapatkan produksi yang optimal berkelanjutan (Optimum Sustainable Production/OSP).

III.      Desain dan Tata Letak
Desain dan tata letak tambak kegiatan budidaya pembesaran udang vannamei adalah sebagai berikut:


Gambar 1. Desain dan tata letak tambak pembesaran udang vannamei di Desa Gelap Kecamatan Laren  Kabupaten Lamongan.

3.1    Petak Udang
1.    Petak udang digunakan untuk pembesaran udang.
2.    Petak pemeliharaan udang dilengkapi biosekuriti berupa pagar (fencing)
3.    Konstruksi pematang yang kedap dan tidak rembes (pemasangan mulsa mulai dari ukuran 50 mikron).
4.    Pemasukan air dari petak tandon / biofilter atau dari air sumber (yang memenuhi criteria sebagai air pasok untuk budidaya udang) menggunakan pompa.
5.    Pembuangan air ke petak tandon menggunakan pipa diameter 8" sebanyak 2 bh.
6.    Dilengkapi dengan kincir ganda sebanyak 2 - 3 unit (masing-masing unit dengan jumlah unit kipas 6 x 2 atau 12 kipas atau bisa dengan kincir jenis paddlewheel 6 unit (masing – masing dengan 1 pasang kipas).

3.2.   Petak tandon atau biofilter
1.   Petak tendon atau biofilter untuk perbaikan kualitas air, berisi tanaman air, ikan herbivora dan ikan karnivora pencegahan atau pemberantasan carier udang liar.
2.   Petak tandon kedap air.
3.   Pematang yang kedap dan tidak rembes.
4.   Pemasukan air dari inlet (saluran) dapat dilakukan dengan pompa atau secara gravitasi.


3.3.   Sumber air inlet dan outlet
a.   Sumber air laut berasal dari saluran. Pengambilan air laut dilakukan dengan menggunakan saringan dan pada saat air secara visual terlihat air jernih.
b.   Sumber air dari sumur bor. Pengambilan air sumur bor dilakukan dengan menggunakan pompa sible. Sebelum pengambilan air sumur bor hendaknya diukur terlebih dahulu kualitas air : pH, salinitas, alkalinitas, Fe dan lainnya.
      Keterangan : untuk budidaya udang dengan menerapkan salinitas rendah hendaknya air sumur bor memiliki salinitas minimal 5 – 8 ppt. Hal ini untuk mencegah SR rendah karena perbedaan terlalu tinggi dengan hatchery. Untuk penebaran udang dengan salinitas rendah benih dari hatchery minimal salinitas 15 – 20 ppt.
c.   Untuk outlet (pembuangan) dilakukan di petak tandon barier agar limbah budidaya bisa dilakukan biofilter secara alami.

lV. Rekonstruksi tambak
4.1.   Desain petak tambak
Pembuatan pematang dilakukan untuk membagi luas tambak 1 Ha petak persegi panjang menjadi segi empat. Masing – masing petak yaitu : petak budidaya 2 petak, biofilter 1 petak (tandon) dan barier 1 petak (tandon). Karena di lokasi demfarm udang vannamei ini hanya ada biofilter sekaligus barier, maka perlakuan untuk pemasukan air langsung dari sumur bor.

4.2.   Pemasangan pagar biosekurity (fencing)
a.   Pemasangan pagar biosecurity dilakukan pada pematang utama yang mengelilingi kawasan atau kluster tambak.
b.   Pagar biosecurity dapat menggunakan plastik atau kasa dengan cara pemasangan tegak dan ketinggian minimal 30 cm untuk mencegah masuknya krustacea dan lainnya.
  4.3. Rumah genset, pakan dan perlengkapan lain
a.   Rumah genset hendaknya berada di sudut yang tidak terjangkau oleh pekerja yang lewat sekitar tambak dan di luar pagar biosecurity. Selain itu juga limbah dari perlengkapan bengkel harus diantisipasi dengan pemberian dasar pasir untuk menyerap sisa minyak atau solar.
b.   Rumah pakan, probiotik dan obat ikan (vitamin) hendaknya juga tidak menjadi satu bagian dengan rumah genset. Peletakan pakan, probiotik dan vitamin juga harus dipisahkan agar tidak terjadi kontaminasi.

V.   Persiapan Tambak
Target utama persiapan lahan adalah untuk mempersiapkan lahan budidaya yang bebas dari potensial sisa2 microorganisme yang sangat merugikan kegiatan budidaya, seperti bacteri, virus, maupun cysta dari blue green algae (BGA), dengan melakukan pembersihan terhadap lumpur, kerang2an, trisipan,  & bernacle.

5.1.   Pengeringan Tambak
a.   Pengeringan dan penjemuran tanah dasar tambak baik petak tendon atau biofilter. Untuk memudahkan pengeringan dibuat caren keliling. Hal ini dilakukan bisa 2 – 3 minggu agar tanah dasar benar – benar kering dan merekah tanahnya.
b.   Pembersihan kotoran dan lumpur hitam dari dasar tambak dengan cara pengangkatan ke atas tanggul yang sudah dibuatkan caren agar kotoran tidak jatuh ke dasar lagi.
c.   Perbaikan pH tanah dasar nilai > 6 dengan aplikasi kapur. Pemberian kapur disesuaikan dengan nilai pH tanahnya.
d.   Pemberantasan hama baik ikan liar, udang liar dan trisipan secara manual atau menggunakan bahan yang direkomendasikan.

VI. Persiapan Air
6.1.   Persiapan air awal
Pengisian air pada petak udang dan tandon dengan menggunakan saringan kasa untuk mencegah ikan dan udang liar masuk hingga ketinggian 50 - 70 cm bersamaan dengan petak pembesaran.

6.2.   Persiapan air petak pembesaran udang
Sterilisasi air dengan menggunakan krustaecida, TCCA / kaporit. Teknik sterelisasi adalah sebagai berikut:
a.   Ukur ketinggian air tiap dan volume air tiap petak.
b.   Aplikasi krustaecida 1,5 – 2 ppm dan aduk merata .
c.   Aplikasi TCCA dengan dosis 15-20 ppm dan aduk merata dengan kincir sekitar 2-3 jam.
d.   Setelah pengadukan merata kincir dimatikan agar clorin bekerja dan toksisitas tinggi.

6.3.   Persiapan air pada petak tandon
a.   Pemberantasan udang liar dengan krustaecida (betasin) dosis 2 ppm
b.   Pengendalian bakteri dan virion dengan clorin dosis 5-10 ppm.
c.   setelah netral dilakukan penebaran ikan bandeng dan atau nila dengan kepadatan 5000 ekor/Ha.

Kualitas air baku sesudah treatment di tandon direkomendasikan sbb. :
·      Total Organik Matter (TOM) < 20 ppm
·      Warna air : Clear
·      Total Vibrio < 101 cfu/cc
·      Tidak ada hewan air liar yang hidup

6.4.   Penumbuhan bakteri probiotik
a.   Perlakukan untuk pertumbuhan probiotik dilakukan tiap 3-4 hari sekali setelah sterilisasi air.
b. Perlakukan dihentikan pada saat 3 hari sebelum dan sesudah penebaran benih. Adapun teknik kultur dan aplikasi probiotik adalah sebagai berikut :
1)   Amplikasi molase dalam tambak dengan dosis 2 ppm atau 5% dari jumlah pakan yang telah digunakan.
2)   Aktivasi probiotik terutama bakteri baccilus dengan cara melarutkan molase 0,5-1 lt dalam ember 20 lt dan masukkan sekitar 50 g prebiotik dan diaduk merata. Diamkan sekitar 0,5-1 jam agar bakteri berkembang, selajutnya tebar ke tambak.

6.5.   Penumbuhan plankton.
a.   Penumbuhan plankton sebagai penyeimbang kualitas air (water stability). Adapun cara penumbuhan plankton sebagai berikut:
1) Kegiatan penumbuhan plankton dilakukan paling cepat 5 hari setelah perlakukan sterilisasi air tambak.
2)   Aplikasi kapur carbonat (CaCO3) / kaptan 15-20 ppm dengan dosis meningkatkan untuk alkalinitas minimal 90 ppm dilakukan 3 hari setelah sterilisasi air.
3) Penambahan pupuk Nitrogen (ZA) dan phospat (TSP) dengan perbandingan 4:1. Dosis pemupukan adalah 2-5 ppm. Pupuk TSP sebelum ditebar dicairkan terlebih dahulu agar mudah larut dalam air tambak
4)   lnokulasi Plankton chlorella sp yang sudah dipekatkan dari bak kultur plankton. Dosis inokulan plankton untuk luas 0,2 ha digunakan 1 ton media kultur plankton.

b.   Cara pengelolaan kestabilan plankton selama pemeliharaan adalah sebagai berikut:
1)   Lakukan pengukuran kecerahan harian sekitar jam 9.00. Nilai kecerahan yang optimum adalah 30-40 cm.
2)   Lakukan pengukuran pH harian pada pagi dan sore hari. Nilai pH pagi lebih rendah dari sore hari dengan kisaran nilai sekitar 0,2-0,5. Apabila nilai pH tidak ada kenaikan menunjukan ada penurunan populasi plankton sehingga perlu tambahan pupuk susulan dan inokulan plankton. lnokulan plankton bisa berasal dari petak tambak lainnya yang pertumbuhan plankton optimal.
3)   Pemupukan susulan secara rutin dengan pupuk nitrogen setiap 4-7 hari dengan dosis 2 ppm
4)   Pengisian air ke kolam dimaksudkan hanya untuk mempertahankan ketinggian saja menggunakan air steri dari petak tandon atau sumber.
           
No.
Kondisi
Indikasi
Perlakuan khusus
 1.
Dominasi Blue Green Algae (BGA)
-   Warna hijau tua
-   pH cenderung meningkat
-   Kurangi/hentikan sementara penggunaan kaptan
-   H2O2  4 - 5 ppm jam 9.00 – 10.00 (efektif saat ada sinar matahari)
2.
Dominasi Dynoflagellata/ Diatome
-   Warna coklat tua/kemerahan
-   pH cenderung meningkat
-   Kaptan 25 – 30 ppm jam 21.00 (malam hari)
-   H2O2 3 – 4 ppm jam 9.00 – 10.00 (efektif saat ada sinar matahari)
3.
Transisi menuju keseimbangan plankton-probiotik
-   pH < 8,00
-   Bacillus 5 ppm
-   Thiobacillus 4 ppm
            Tabel 1. Kondisi air dan indikasi serta aplikasi lanjutannya.

VII.   Pemilihan dan penebaran Benih
Densitas & Perencanaan Jumlah Benur
Sistem budidaya yang dijalankan sedapat mungkin menghindari ‘parsial harvest’ akibat densitas yang dapat melebihi target produksi atau over ‘carrying capacity’, namun mendapat ABW (Average Body Weight/size) yang optimal sesuai jadwal panen yang telah direncanakan (DOC +/- 120 hari). (Rekomendasi ideal pada 80 ekor/m2)

7.1    Pemilihan benih
a.   Pengambilan sampel benih untuk sampel uji PCR dilakukan sesuai SOP.
b.   Benih vaname bebas virus (SPF) dengan ukuran min PL 11 dilengkapi dukumen PCR dan uji lab.
c.   Benih sudah dilakukan adaptasi terhadap salinitas sesuai salinitas air tambak. untuk salinitas rendah perlu benih yang ditokolkan salinitas rendah atau minta langsung dari hatchery salinitas 15 – 20 ppt.
d.   Benih diangkut dengan teknik transportasi yang baik.

7.2.   Penebaran benih
a.   Penebaran benih hendaknya dilakukan pada pagi hari mulai pukul 06.00 – 07.00 waktu setempat karena pada saat ini suhu relatif masih rendah.         
b.   Benih sampai tambak dilakukan pengontrolan dokumen dan kualitas benih serta air media.
c.   Dilakukan adaptasi terhadap suhu (karena salinitas sudah harus disesuaikan)
d.   Lakukan adaptasi suhu dengan cara mengapungkan kantong dalam air atau menambah air sedikit demi sedikit dalam kantong tempat benur. Sambil adaptasi suhu dilakukan penghitungan jumlah benih dalam kantong sebagai sample.

VIII. Pengelolaan air
8.1.   Teknik pengelolaan air
a.   Pengaturan ketinggian air petak udang minimal 80 cm. elevasi tinggi air petak udang lebih tinggi dari petak sekitar untuk mencegah rembesan air masuk.
b.   Penambahan air daripetak udang ke petak tendon atau biofilter secara dengan menggunakan pompa.
c.   Pembuangan air dari petak udang ke petak tendon atau biofilter secara grafitasi dengan pintu PVC.
d.   Untuk meningkatkan dan membuat homogen kelarutan oksigen digunakan kincir berangkai atau kincir paddlewheel dengan 2 kipas.
e.   Pengukuran kualitas air dilakukan secara harian dengan parameter suhu, pH, oksigen terlarut dan kecerahan
f.    Pengukuran kualitas air secara mingguan adalah alkalinitas. Total bahan organik, kepadatan dan jenis plankton, posphat (ortophospat) dan total bakteri dan total vibrio
g.   Penambahan karbon (molase tiap 2 x per minggu) dosis 2% dari total pakan yang telah digunakan selama 4 hari berturut – turut.
h.   Aplikasi probiotik dengan dosis 50 g tiap 3-4 hari sekali.
i.    Untuk mempertahankan kestabilan plankton dilakukan pengamatan warna dan kecerahan air dan aplikasi pupuk nitrogen, ZA dengan dosis 2-3 ppm tiap minggu.
j.    Alkalinitas air tambak > 90 ppm. untuk meningkatkan alkalinitas dengan penambahan dolomite dengan dosis 3-5 ppm tiap 2-4 hari sekali dengan aplikasi pada malam hari.
k.   Pengisian air hingga umur 30 hari dilakukan hanya untuk menambah ketinggian air. Air yang digunakan dari petak tandon yang telah disterilkan atau filter menggunakan biofilter.
l.    Pengamatan kondisi lumpur dasar tambak di bagian central drain. Lakukan penyiponan bila sudah terjadi penumpukan lumpur dasar tambak mulai umur pemeliharaan 45 hari, penyiponan berikutnya dilakukan tiap 1-2 minggu.
m.   Operasional kincir (kincir berangkai) untuk meningkatkan kelarutan oksigen minimal 4 ppm. Operasional kincir dilakukan secara bergantian selama 24 jam untuk membuat koloid bakteri secara bergantian.  Jumlah kincir tiap kolam disesuaikan dengan jumlah benur aktual yang ditebar dengan konversi ideal setiap 1 buah kincir 1 hp untuk 20.000 – 25.000 ekor benur atau 500 – 600 kg biomass target produksi.
n.   Pada kondisi emergency untuk meningkatkan kelarutan oksigen pada malam hari dapat dilakukan dnegan aplikasi peroksida dengan dosis 4 - 5 ppm per Ha, terutama pada kondisi oksigen rendah. Hal ini dilakukan dengan cara : larutkan 40 liter air tambak dicampur 10 kg kapur setelah homogeny masukan hydrogen peraksida 4 – 5 ppm per Ha kemudian aduk lalu sebarkan di permukaan air tambak.

VIII.           Pengelolaan Pakan
Pada budidaya udang secara intensif, pakan merupakan faktor produksi utama yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan proses budidaya. Hal ini bukan saja karena pakan sebagai faktor penentu pertumbuhan udang, namun komponen biaya pakan mendominasi biaya produksi udang secara umum (> 50 % dari biaya produksi adalah beaya pakan), sehingga managemen pakan yang baik akan sangat mempengaruhi tingkat efisiensi beaya produksi.   
Disamping sangat menentukan laju pertumbuhan udang, pemberian pakan selama proses budidaya juga sangat berpengaruh terhadap kualitas air kolam budidaya, sehingga dalam hal ini diperlukan kualitas pakan yang bisa menunjang sistem budidaya udang. Kriteria pakan yang direkomendasikan untuk menjalankan sistem budidaya udang intensif dalam hal ini adalah pada kandungan protein > 36 %.

8.1    Teknik pengelolaan pakan.
a.   Pakan buatan (pellet) mulai diberikan dari penebaran benih dengan dosis disesuaikan dengan laju konsumsi pakan (Lampiran 1)
b.   Untuk kontrol laju konsumsi pakan dilakukan dengan pemberian pakan pada anco dengan dosis dan waktu cek dianco sesuai dengan ukuran udang (lampiran 2)
c.   Kontrol pertumbuhan dilakukan dengan pengambilan sampel udang atau sampling yang dilakukan setiap 7-10 hari sekali. Sampling dilakukan pada waktu fajar atau sore hari untuk menghindari cuaca panas.
Adapun jumlah pemberian pakan di ancho dihitung berdasarkan prosentase dari pakan yang diberikan.

DOC
ABW
Jenis Pakan
Frekuensi
% Ancho
Waktu
Kontrol
1   -  7    hari
0.1  -  0.5  gr
Crumble halus
2 – 3 x
-
-
8   -  14  hari
0.5  -  1,4  gr
Crumble no. 1
3 – 4 x
-
-
15 -  21  hari
1.4  -  2.0  gr
Crumble no. 1&2
4 x
-
-
22 – 28  hari
2.0  -  3.0  gr
Crumble no. 2
4 x
0,5 %
2,5 – 3 jam
29 – 35  hari
3.0  -  4.5  gr
Small pellet
4 – 5 x
0,75 %
2 – 2,5 jam
36 – 60  hari
4.5  -  11   gr
Small pellet
5 x
1 %
2 jam
60 - panen
11  -  30    gr
Pellet
5 x
1 %
2 jam
Tabel 3. Program pakan dan waktu control

Program Pakan

Untuk 100.000 ekor benur

DOC
BW
Size
FL
SR
BIOMASS
F/D
TF
FCR
(hr)
(grm)
(ek/kg)
(%BW)
100%
100%
100%
100%
100%
5
0,34
2950,8
7,89
100
34
3
7
0,21
10
0,75
1333,3
6,50
100
75
5
28
0,37
15
1,38
727,3
5,46
100
138
8
61
0,44
20
2,00
500,0
4,79
100
200
10
104
0,52
25
2,75
363,6
4,30
100
275
12
159
0,58
30
3,50
285,7
3,99
100
350
14
225
0,64
35
4,50
222,2
3,74
100
450
17
303
0,67
40
5,60
178,6
3,57
100
560
20
397
0,71
45
6,80
147,1
3,44
100
680
23
507
0,75
50
8,10
123,5
3,29
100
810
27
634
0,78
55
9,50
105,3
3,19
100
950
30
778
0,82
59
10,62
94,2
3,09
100
1062
33
905,4
0,85
60
10,90
91,7
3,04
100
1090
33
939
0,86
65
12,40
80,6
2,88
100
1240
36
1112
0,90
70
13,90
71,9
2,74
100
1390
38
1298
0,93
75
15,50
64,5
2,63
100
1550
41
1496
0,97
80
17,10
58,5
2,52
100
1710
43
1707
1,00
85
18,70
53,5
2,40
100
1870
45
1928
1,03
90
20,20
49,5
2,30
100
2020
46
2157
1,07
95
21,70
46,1
2,21
100
2170
48
2394
1,10
100
23,20
43,1
2,12
100
2320
49
2636
1,14
105
24,70
40,5
2,03
100
2470
50
2884
1,17
110
26,10
38,3
1,99
100
2610
52
3140
1,20
115
27,40
36,5
1,97
100
2.740
54
3.405
1,24
120
28,60
35,0
1,95
100
2.860
56
3.681
1,29

lX.  Panen
a.   Panen dilakukan setelah mencapai ukuran pasar (marketable size) 90-100 hari. Target ukuran 15-20 g/ekor, SR 80% dan FCR 1,5.
b.   Panen dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan jaring arah ke arah pembuangan agar dapat mengurangi kerusakan plastic mulsa.
c.   Semua peralatan panen sudah disiapkan (jala panen, wadah dan pengankutan).
d.   Udang yang tertangkap segera dipindahkan dalam wadah penampungan yang bersih dan air dingin.
e.   Lakukan sortir, timbang dan segera masukan ke palka untuk dberi es.






















 

1 komentar:

  1. menyediakan plastik mulsa tambak untuk membantu proses perkembangan pembudidayaan anda, info di SMS/Call/WA: 0852.3392.5564 / 08123.258.4950 / 0877.0282.1277
    Email: limcorporation2009@gmail.com. terimakasih

    BalasHapus