STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBESARAN UDANG VANNAMEI DI TAMBAK INTENSIF
DESA GELAP
KECAMATAN LAREN
KABUPATEN
LAMONGAN
Oleh :
DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
KABUPATEN LAMONGAN
I. Pendahuluan
Standar Prosedur Oprasional (SOP) budidaya udang vannamei digunakan
sebagai standar prosedur yang dilakukan untuk kegiatan budidaya pembesaran udang vannamei sesuai dengan kondisi lokasi. mulai dari pengaturan tata letak tambak, persiapan tambak, penebaran benih, pengelolaan air, pengelolaan pakan, pengendalian
panyakit dan panen.
II. Tujuan
Sistem budidaya diarahkan guna
mendapatkan produksi udang yang berkelanjutan (Sustainable Production) dengan
menitik beratkan pada kemampuan Sumber Daya Manusia sebagai subyek pengelola
budidaya udang vannamei (L. Vannamei).
Sistem budidaya dijalankan dengan prioritas pada efektifitas input produksi
untuk mendapatkan produksi yang optimal berkelanjutan (Optimum Sustainable
Production/OSP).
III.
Desain dan Tata Letak
Desain dan tata letak tambak kegiatan budidaya pembesaran udang vannamei adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Desain dan tata letak tambak pembesaran udang vannamei di Desa Gelap Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan.
3.1 Petak Udang
1.
Petak udang digunakan untuk pembesaran udang.
2.
Petak pemeliharaan udang dilengkapi biosekuriti berupa pagar
(fencing)
3.
Konstruksi pematang yang kedap
dan tidak rembes (pemasangan mulsa mulai dari ukuran 50 mikron).
4.
Pemasukan air dari petak tandon /
biofilter atau dari air sumber (yang memenuhi criteria sebagai air pasok untuk
budidaya udang) menggunakan pompa.
5.
Pembuangan air ke petak tandon menggunakan pipa diameter 8"
sebanyak 2 bh.
6.
Dilengkapi dengan kincir ganda sebanyak 2 - 3 unit (masing-masing unit dengan jumlah unit kipas 6 x 2 atau 12 kipas atau
bisa dengan kincir jenis paddlewheel 6 unit
(masing – masing dengan 1 pasang kipas).
3.2. Petak tandon atau
biofilter
1. Petak tendon atau biofilter
untuk perbaikan kualitas air, berisi tanaman air, ikan herbivora dan ikan karnivora pencegahan atau pemberantasan carier udang liar.
2. Petak tandon kedap air.
3. Pematang yang kedap
dan tidak rembes.
4. Pemasukan air dari inlet (saluran) dapat dilakukan dengan pompa atau secara gravitasi.
3.3. Sumber air inlet dan outlet
a. Sumber air laut berasal dari saluran. Pengambilan air laut dilakukan dengan menggunakan saringan dan
pada saat air secara visual terlihat air jernih.
b. Sumber air dari sumur bor.
Pengambilan air sumur bor dilakukan dengan menggunakan pompa sible. Sebelum
pengambilan air sumur bor hendaknya diukur terlebih dahulu kualitas air : pH,
salinitas, alkalinitas, Fe dan lainnya.
Keterangan : untuk budidaya udang dengan menerapkan salinitas
rendah hendaknya air sumur bor memiliki salinitas minimal 5 – 8 ppt. Hal ini
untuk mencegah SR rendah karena perbedaan terlalu tinggi dengan hatchery. Untuk
penebaran udang dengan salinitas rendah benih dari hatchery minimal salinitas
15 – 20 ppt.
c. Untuk outlet (pembuangan)
dilakukan di petak tandon barier agar limbah budidaya bisa dilakukan biofilter
secara alami.
lV. Rekonstruksi tambak
4.1. Desain petak tambak
Pembuatan
pematang dilakukan untuk membagi luas tambak 1 Ha petak persegi panjang menjadi segi empat. Masing
– masing petak yaitu : petak budidaya 2 petak, biofilter 1 petak (tandon) dan
barier 1 petak (tandon). Karena di lokasi demfarm udang vannamei ini hanya ada
biofilter sekaligus barier, maka perlakuan untuk pemasukan air langsung dari
sumur bor.
4.2. Pemasangan pagar biosekurity (fencing)
a. Pemasangan pagar biosecurity dilakukan pada pematang utama yang mengelilingi kawasan atau kluster tambak.
b. Pagar biosecurity dapat menggunakan plastik atau kasa dengan cara pemasangan
tegak dan ketinggian minimal 30 cm untuk
mencegah masuknya krustacea dan lainnya.
4.3. Rumah
genset, pakan dan perlengkapan lain
a. Rumah genset hendaknya berada
di sudut yang tidak terjangkau oleh pekerja yang lewat sekitar tambak dan di
luar pagar biosecurity. Selain itu juga limbah dari perlengkapan bengkel harus
diantisipasi dengan pemberian dasar pasir untuk menyerap sisa minyak atau
solar.
b. Rumah pakan, probiotik dan
obat ikan (vitamin) hendaknya juga tidak menjadi satu bagian dengan rumah
genset. Peletakan pakan, probiotik dan vitamin juga harus dipisahkan agar tidak
terjadi kontaminasi.
V. Persiapan Tambak
Target utama persiapan lahan adalah untuk mempersiapkan lahan
budidaya yang bebas dari potensial sisa2 microorganisme yang sangat merugikan
kegiatan budidaya, seperti bacteri, virus, maupun cysta dari blue green
algae (BGA), dengan melakukan pembersihan terhadap lumpur, kerang2an,
trisipan, & bernacle.
5.1. Pengeringan Tambak
a. Pengeringan dan penjemuran tanah dasar tambak baik petak tendon atau biofilter.
Untuk memudahkan pengeringan dibuat caren keliling. Hal ini
dilakukan bisa 2 – 3 minggu agar tanah dasar benar – benar kering dan merekah
tanahnya.
b. Pembersihan kotoran
dan lumpur hitam dari dasar tambak dengan cara pengangkatan ke atas tanggul yang sudah dibuatkan
caren agar kotoran tidak jatuh ke dasar lagi.
c. Perbaikan pH tanah dasar nilai > 6 dengan aplikasi kapur.
Pemberian kapur disesuaikan dengan nilai pH tanahnya.
d. Pemberantasan hama baik ikan liar, udang liar dan trisipan secara manual atau menggunakan
bahan yang direkomendasikan.
VI. Persiapan Air
6.1. Persiapan air awal
Pengisian air pada petak udang dan tandon dengan menggunakan saringan kasa untuk mencegah ikan dan udang
liar masuk hingga ketinggian 50 - 70 cm bersamaan dengan
petak pembesaran.
6.2. Persiapan air petak pembesaran udang
Sterilisasi air dengan menggunakan krustaecida, TCCA / kaporit. Teknik sterelisasi adalah
sebagai berikut:
a. Ukur ketinggian air tiap dan volume air tiap petak.
b. Aplikasi krustaecida 1,5 – 2 ppm dan aduk
merata .
c. Aplikasi TCCA dengan dosis 15-20 ppm dan aduk merata dengan kincir sekitar 2-3 jam.
d. Setelah pengadukan merata kincir dimatikan
agar clorin bekerja dan toksisitas tinggi.
6.3. Persiapan air pada petak tandon
a. Pemberantasan udang liar dengan krustaecida (betasin) dosis 2 ppm
b. Pengendalian bakteri dan virion dengan
clorin dosis 5-10 ppm.
c. setelah netral dilakukan penebaran ikan bandeng dan atau nila dengan kepadatan 5000 ekor/Ha.
Kualitas
air baku sesudah treatment di tandon direkomendasikan sbb. :
· Total Organik Matter (TOM) < 20 ppm
· Warna air : Clear
· Total Vibrio < 101 cfu/cc
· Tidak ada hewan air liar yang hidup
6.4. Penumbuhan bakteri probiotik
a. Perlakukan untuk pertumbuhan probiotik dilakukan tiap 3-4 hari sekali setelah sterilisasi
air.
b. Perlakukan dihentikan pada saat 3 hari sebelum dan sesudah penebaran benih. Adapun teknik kultur
dan aplikasi probiotik adalah sebagai berikut :
1) Amplikasi molase dalam tambak
dengan dosis 2 ppm atau 5% dari jumlah pakan yang telah digunakan.
2) Aktivasi probiotik terutama
bakteri baccilus dengan cara melarutkan molase 0,5-1 lt dalam ember 20 lt
dan masukkan sekitar 50 g prebiotik dan diaduk merata. Diamkan sekitar 0,5-1 jam agar bakteri berkembang, selajutnya tebar ke tambak.
6.5. Penumbuhan plankton.
a. Penumbuhan plankton sebagai penyeimbang kualitas air (water stability). Adapun cara
penumbuhan plankton sebagai berikut:
1) Kegiatan penumbuhan plankton dilakukan paling cepat 5 hari setelah perlakukan sterilisasi
air tambak.
2) Aplikasi kapur
carbonat (CaCO3) / kaptan 15-20 ppm dengan dosis meningkatkan untuk alkalinitas minimal
90 ppm dilakukan 3 hari setelah sterilisasi air.
3) Penambahan pupuk Nitrogen (ZA) dan phospat (TSP) dengan perbandingan 4:1. Dosis pemupukan adalah 2-5 ppm. Pupuk TSP sebelum ditebar dicairkan terlebih dahulu agar mudah larut dalam air tambak
4) lnokulasi Plankton chlorella sp yang sudah dipekatkan dari bak kultur plankton. Dosis inokulan plankton untuk luas 0,2 ha digunakan 1 ton media kultur plankton.
b. Cara pengelolaan kestabilan plankton selama pemeliharaan adalah
sebagai berikut:
1) Lakukan pengukuran kecerahan
harian sekitar jam 9.00. Nilai kecerahan yang optimum adalah 30-40 cm.
2) Lakukan pengukuran pH
harian pada pagi dan sore hari. Nilai pH pagi lebih rendah
dari sore hari dengan kisaran nilai sekitar 0,2-0,5. Apabila nilai
pH tidak ada kenaikan menunjukan ada penurunan populasi plankton sehingga
perlu tambahan pupuk susulan dan inokulan plankton. lnokulan plankton bisa berasal dari petak tambak lainnya yang pertumbuhan plankton
optimal.
3) Pemupukan susulan
secara rutin dengan pupuk nitrogen setiap 4-7 hari dengan dosis 2 ppm
4) Pengisian air ke kolam dimaksudkan hanya untuk mempertahankan
ketinggian saja menggunakan air steri dari petak tandon atau
sumber.
No.
|
Kondisi
|
Indikasi
|
Perlakuan khusus
|
1.
|
Dominasi Blue Green Algae (BGA)
|
-
Warna hijau tua
-
pH cenderung meningkat
|
-
Kurangi/hentikan sementara
penggunaan kaptan
-
H2O2 4 - 5 ppm jam 9.00 – 10.00 (efektif saat
ada sinar matahari)
|
2.
|
Dominasi Dynoflagellata/ Diatome
|
-
Warna coklat tua/kemerahan
-
pH cenderung meningkat
|
-
Kaptan 25 – 30 ppm jam 21.00 (malam
hari)
-
H2O2 3 – 4 ppm
jam 9.00 – 10.00 (efektif saat ada sinar matahari)
|
3.
|
Transisi menuju keseimbangan
plankton-probiotik
|
-
pH < 8,00
|
-
Bacillus 5 ppm
-
Thiobacillus 4 ppm
|
Tabel 1. Kondisi air dan indikasi
serta aplikasi lanjutannya.
VII. Pemilihan dan penebaran Benih
Densitas
& Perencanaan Jumlah Benur
Sistem budidaya yang dijalankan
sedapat mungkin menghindari ‘parsial harvest’ akibat densitas yang dapat
melebihi target produksi atau over ‘carrying capacity’, namun mendapat ABW
(Average Body Weight/size) yang optimal sesuai jadwal panen yang telah
direncanakan (DOC +/- 120 hari). (Rekomendasi ideal pada 80 ekor/m2)
7.1 Pemilihan benih
a. Pengambilan sampel
benih untuk sampel uji PCR dilakukan sesuai SOP.
b. Benih vaname bebas virus (SPF)
dengan ukuran min PL 11 dilengkapi dukumen PCR dan uji lab.
c. Benih sudah dilakukan adaptasi terhadap salinitas sesuai
salinitas air tambak. untuk salinitas
rendah perlu benih yang ditokolkan salinitas rendah atau
minta langsung dari hatchery salinitas 15 – 20 ppt.
d. Benih diangkut dengan teknik transportasi yang baik.
7.2. Penebaran benih
a. Penebaran benih hendaknya
dilakukan pada pagi hari mulai pukul 06.00 – 07.00 waktu setempat karena pada
saat ini suhu relatif masih rendah.
b. Benih sampai tambak dilakukan
pengontrolan dokumen dan kualitas benih serta air media.
c. Dilakukan adaptasi terhadap suhu (karena
salinitas sudah harus disesuaikan)
d. Lakukan adaptasi suhu dengan cara mengapungkan kantong
dalam air atau menambah air sedikit demi sedikit dalam kantong
tempat benur. Sambil
adaptasi suhu dilakukan penghitungan jumlah benih dalam kantong sebagai sample.
VIII. Pengelolaan air
8.1. Teknik pengelolaan air
a. Pengaturan ketinggian air petak
udang minimal 80 cm. elevasi tinggi air petak udang lebih tinggi dari petak
sekitar untuk mencegah rembesan air masuk.
b. Penambahan air daripetak udang
ke petak tendon atau biofilter secara dengan menggunakan pompa.
c. Pembuangan air dari petak
udang ke petak tendon atau biofilter secara grafitasi dengan pintu PVC.
d. Untuk meningkatkan dan membuat
homogen kelarutan oksigen digunakan kincir berangkai
atau kincir paddlewheel dengan 2 kipas.
e. Pengukuran kualitas air dilakukan secara harian dengan parameter suhu, pH,
oksigen terlarut dan
kecerahan
f. Pengukuran kualitas air secara mingguan adalah
alkalinitas. Total bahan organik, kepadatan dan jenis plankton, posphat
(ortophospat) dan total bakteri dan total vibrio
g. Penambahan karbon (molase
tiap 2 x per minggu) dosis 2% dari total pakan
yang telah digunakan selama 4 hari berturut – turut.
h. Aplikasi probiotik dengan dosis 50
g tiap 3-4 hari sekali.
i. Untuk mempertahankan
kestabilan plankton dilakukan pengamatan warna dan kecerahan air dan aplikasi pupuk nitrogen,
ZA dengan dosis 2-3 ppm tiap minggu.
j. Alkalinitas air tambak > 90 ppm. untuk meningkatkan alkalinitas dengan penambahan dolomite
dengan dosis 3-5 ppm tiap 2-4 hari sekali dengan aplikasi pada malam hari.
k. Pengisian air hingga umur 30 hari dilakukan
hanya untuk menambah ketinggian air. Air yang digunakan dari petak tandon yang telah disterilkan atau filter menggunakan biofilter.
l. Pengamatan kondisi lumpur dasar tambak di bagian central drain. Lakukan penyiponan bila sudah terjadi penumpukan
lumpur dasar tambak mulai umur pemeliharaan 45 hari, penyiponan berikutnya dilakukan tiap 1-2 minggu.
m. Operasional kincir (kincir
berangkai) untuk meningkatkan kelarutan oksigen minimal 4 ppm. Operasional kincir
dilakukan secara bergantian selama 24 jam untuk membuat koloid bakteri secara
bergantian. Jumlah
kincir tiap kolam disesuaikan dengan jumlah benur aktual yang ditebar dengan
konversi ideal setiap 1 buah kincir 1 hp untuk 20.000 – 25.000 ekor benur atau
500 – 600 kg biomass target produksi.
n. Pada kondisi emergency untuk meningkatkan kelarutan
oksigen pada malam hari dapat dilakukan dnegan aplikasi peroksida dengan dosis 4 - 5 ppm
per Ha, terutama pada kondisi oksigen rendah. Hal ini dilakukan dengan cara : larutkan 40 liter air tambak
dicampur 10 kg kapur setelah homogeny masukan hydrogen peraksida 4 – 5 ppm per
Ha kemudian aduk lalu sebarkan di permukaan air tambak.
VIII.
Pengelolaan Pakan
Pada budidaya udang secara intensif, pakan
merupakan faktor produksi utama yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan
proses budidaya. Hal ini bukan saja karena pakan sebagai faktor penentu pertumbuhan
udang, namun komponen biaya pakan mendominasi biaya produksi udang secara umum
(> 50 % dari biaya produksi adalah beaya pakan), sehingga managemen pakan
yang baik akan sangat mempengaruhi tingkat efisiensi beaya produksi.
Disamping sangat menentukan laju
pertumbuhan udang, pemberian pakan selama proses budidaya juga sangat
berpengaruh terhadap kualitas air kolam budidaya, sehingga dalam hal ini
diperlukan kualitas pakan yang bisa menunjang sistem budidaya udang. Kriteria
pakan yang direkomendasikan untuk menjalankan sistem budidaya udang intensif dalam
hal ini adalah pada kandungan protein > 36 %.
8.1 Teknik pengelolaan pakan.
a. Pakan buatan (pellet) mulai diberikan dari penebaran benih dengan dosis disesuaikan
dengan laju konsumsi pakan (Lampiran 1)
b. Untuk kontrol laju konsumsi
pakan dilakukan dengan pemberian pakan pada anco dengan dosis dan waktu cek dianco sesuai dengan ukuran udang (lampiran 2)
c. Kontrol pertumbuhan
dilakukan dengan pengambilan sampel udang atau sampling yang dilakukan setiap 7-10 hari sekali. Sampling dilakukan pada waktu fajar
atau sore hari untuk menghindari cuaca panas.
Adapun jumlah pemberian pakan di ancho dihitung berdasarkan
prosentase dari pakan yang diberikan.
DOC
|
ABW
|
Jenis Pakan
|
Frekuensi
|
% Ancho
|
Waktu
Kontrol
|
1
- 7 hari
|
0.1 -
0.5 gr
|
Crumble halus
|
2 – 3 x
|
-
|
-
|
8
- 14 hari
|
0.5 -
1,4 gr
|
Crumble no. 1
|
3 – 4 x
|
-
|
-
|
15 -
21 hari
|
1.4
- 2.0 gr
|
Crumble no. 1&2
|
4 x
|
-
|
-
|
22 – 28 hari
|
2.0 -
3.0 gr
|
Crumble no. 2
|
4 x
|
0,5 %
|
2,5 – 3 jam
|
29 – 35 hari
|
3.0 -
4.5 gr
|
Small pellet
|
4 – 5 x
|
0,75 %
|
2 – 2,5 jam
|
36 – 60 hari
|
4.5 -
11 gr
|
Small pellet
|
5 x
|
1 %
|
2 jam
|
60 - panen
|
11 -
30 gr
|
Pellet
|
5 x
|
1 %
|
2 jam
|
Tabel 3. Program pakan dan waktu control
Program
Pakan
Untuk 100.000 ekor benur
DOC
|
BW
|
Size
|
FL
|
SR
|
BIOMASS
|
F/D
|
TF
|
FCR
|
(hr)
|
(grm)
|
(ek/kg)
|
(%BW)
|
100%
|
100%
|
100%
|
100%
|
100%
|
5
|
0,34
|
2950,8
|
7,89
|
100
|
34
|
3
|
7
|
0,21
|
10
|
0,75
|
1333,3
|
6,50
|
100
|
75
|
5
|
28
|
0,37
|
15
|
1,38
|
727,3
|
5,46
|
100
|
138
|
8
|
61
|
0,44
|
20
|
2,00
|
500,0
|
4,79
|
100
|
200
|
10
|
104
|
0,52
|
25
|
2,75
|
363,6
|
4,30
|
100
|
275
|
12
|
159
|
0,58
|
30
|
3,50
|
285,7
|
3,99
|
100
|
350
|
14
|
225
|
0,64
|
35
|
4,50
|
222,2
|
3,74
|
100
|
450
|
17
|
303
|
0,67
|
40
|
5,60
|
178,6
|
3,57
|
100
|
560
|
20
|
397
|
0,71
|
45
|
6,80
|
147,1
|
3,44
|
100
|
680
|
23
|
507
|
0,75
|
50
|
8,10
|
123,5
|
3,29
|
100
|
810
|
27
|
634
|
0,78
|
55
|
9,50
|
105,3
|
3,19
|
100
|
950
|
30
|
778
|
0,82
|
59
|
10,62
|
94,2
|
3,09
|
100
|
1062
|
33
|
905,4
|
0,85
|
60
|
10,90
|
91,7
|
3,04
|
100
|
1090
|
33
|
939
|
0,86
|
65
|
12,40
|
80,6
|
2,88
|
100
|
1240
|
36
|
1112
|
0,90
|
70
|
13,90
|
71,9
|
2,74
|
100
|
1390
|
38
|
1298
|
0,93
|
75
|
15,50
|
64,5
|
2,63
|
100
|
1550
|
41
|
1496
|
0,97
|
80
|
17,10
|
58,5
|
2,52
|
100
|
1710
|
43
|
1707
|
1,00
|
85
|
18,70
|
53,5
|
2,40
|
100
|
1870
|
45
|
1928
|
1,03
|
90
|
20,20
|
49,5
|
2,30
|
100
|
2020
|
46
|
2157
|
1,07
|
95
|
21,70
|
46,1
|
2,21
|
100
|
2170
|
48
|
2394
|
1,10
|
100
|
23,20
|
43,1
|
2,12
|
100
|
2320
|
49
|
2636
|
1,14
|
105
|
24,70
|
40,5
|
2,03
|
100
|
2470
|
50
|
2884
|
1,17
|
110
|
26,10
|
38,3
|
1,99
|
100
|
2610
|
52
|
3140
|
1,20
|
115
|
27,40
|
36,5
|
1,97
|
100
|
2.740
|
54
|
3.405
|
1,24
|
120
|
28,60
|
35,0
|
1,95
|
100
|
2.860
|
56
|
3.681
|
1,29
|
lX. Panen
a. Panen dilakukan setelah mencapai ukuran
pasar (marketable
size) 90-100 hari. Target ukuran 15-20 g/ekor, SR 80% dan
FCR 1,5.
b. Panen dilakukan
secara hati-hati dengan menggunakan jaring arah ke arah pembuangan agar dapat mengurangi kerusakan
plastic mulsa.
c. Semua peralatan panen
sudah disiapkan (jala panen, wadah dan pengankutan).
d. Udang yang tertangkap segera dipindahkan dalam wadah penampungan yang
bersih dan air dingin.
e. Lakukan sortir, timbang dan
segera masukan ke palka untuk dberi es.